Senin, 05 Desember 2011

TANTANGAN MORAL

Tantangan yang harus dihadapi oleh para pemuda muslim di zaman yang penuh dengan kemesuman dan kemaksiatan serta tak mengenal rasa malu, adalah tantangan krisis moral (dekadensi moral) serta kerusakan sosial. Orang biasa yang menghadapi tantangan ini tidak mampu melawannya, bahkan seringkali terpaksa harus melepaskan diri dari ikatan nilai-nilai kepatutan dan membebaskan diri dari budi pekerti yang terpuji dan mulia, serta memerdekakan diri dari tradisi-tradisi Islam yang asli, lalu setelah itu ia terjerumus ke dalam kubangan lumpur nafsu dan syahwat tanpa ada benteng pencegah berupa agama ataupun kendali berupa nurani sama sekali. Tentu saja perbuatan hina itu mencampakkan kemuliaannya, melarutkan kepribadiannya, dan menghancurkan eksistensinya.
Tantangan moral yang dihadapi oleh generasi Islam hari ini sangat banyak dan beraneka ragam. Diantaranya ada yang berupa adat istiadat, ada pula yang datang dari diri sendiri, ada yang berasal dari pengaruh asing, adapula yang datang melalui media massa dan ada pula yang bersumber dari undang-undang.
  1. Tantangan Adat Istiadat
    Seorang wanita yang meminta mahar yang begitu mahal hanya karena mengikuti adat istiadatnya, maka hal seperti itu tidak sejalan dengan apa yang telah digariskan oleh Rasulullah saw. kepada umatnya, beliau bersabda, "Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridha terhadap akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia (dengan anak gadis kalian)," (HR Bukhari dan Muslim).
    Rasulullah saw. juga bersabda, "Carilah mahar meski hanya sebuah cincin besi," (HR Bukhari dan Muslim).
    Rasulullah saw. juga telah memberi pengarahan kepada para wanita, beliau bersabda, "Sesungguhnya termasuk diantara wanita terbaik adalah yang paling ringan maharnya," (HR Ibnu Hibban dalam shahihnya).
    "Keberkahan terbesar bagi para wanita adalah yang memudahkan urusan maharnya," (HR Ahmad dan Al-Baihaqi).
    Dalam potret para salaf, Said bin Musayyab ketika menikahkan putrinya yang cantik jelita, ia menikahkan putrinya dengan seorang muridnya yang miskin, Abdullah bin Abu Wada'ah, hanya dengan mahar tiga dirham karena beliau mengetahui si murid sekufu dengan putrinya dalam agama, akhlaq, dan ilmunya. Padahal sebelumnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mengajukan pinangan untuk putra mahkotanya, Alwalid bin Abdul Malik. Namun, Sa'id bin Al-Musayyab menolak pinangan tersebut kendati beliau tahu pihak yang meminang mempunyai kedudukan dan kekayaan yang demikian besar. Akibat penolakan tersebut, beliau harus menanggung derita, cobaan, kesengsaraan, dan berbagai bentuk intimidasi dari penguasa.
    Potret para salaf tersebut cukup menjadi solusi untuk memecahkan permasalahan mahar, tanpa harus mengikuti adat istiadat. Hal tersebut karena para salaf mengikuti jalan yang telah Rasulullah saw. perintahkan dalam sabdanya, "Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridha terhadap agama dan akhlaknya maka nikahkanlah ia dengan putri kalian. Jika tidak dilakukan, maka akan timbul fitnah dan kerusakan besar di muka bumi," (HR At-Tirmidzi).
    Jika para wali menjalankan perintah tersebut, maka para pemuda akan mendapatkan jalan menikah dengan mudah, mereka akan terbebas dari bayang-bayang yang senantiasa menghantui pikiran mereka, yakni mahalnya mahar dan tingginya biaya pernikahan. Mereka pun dapat menghadapi tantangan krisis moral dengan menggairahkan dunia pernikahan, mencabut akar kerusakan, dan krisis moral dalam masyarakat Islam. 
  2. Tantangan Diri Sendiri
    Tantangan ini lebih berat dan lebih dahsyat dari segala macam tantangan krisis moral. Para pemuda yang sedang dilanda kelemahan iman, akan berani melakukan dosa dan kesalahan serta penyimpangan moral. Terlebih, jika para pemuda itu dikuasai oleh syetan manusia dan syetan jin, maka mereka akan mengikuti hawa nafsu dan menyambut dengan patuh bujukan-bujukan nafsunya.
    Solusi praktis untuk membebaskan diri dari tantangan itu semua adalah dengan mengokohkan akidah rabbaniyah dalam diri, mengisi waktu-waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan, bergaul dengan orang-orang bertakwa dan beriman serta menggabungkan diri dengan jama'ah Islam yang berupaya terus menerus mendidik dan membentuk kepribadian. Dengan jalan itu semua, maka akan menjadi sosok manusia yang shaleh dan hamba-hamba Allah yang bertakwa serta istiqomah. Bahkan, akan menjadi contoh teladan bagi yang lain. 
  3. Tantangan Pengaruh Asing
    Diantara pengaruh asing adalah semua rencana-rencana yang dirancang oleh musuh-musuh Islam untuk merusak masyarakat Islam agar secara bertahap terjerumus dalam dalam kehidupan tak bermoral dan terlempar ke tempat-tempat menyesatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar